/ 2009-09-02

REMUK REDAM

Catatan seorang perantau yang tidak bisa pulang.

Bersiaplah kawan, songsong Ramadhan yang tinggal sejumlah jemari yang melekat di tubuhmu. Masih rindukah anda bersahur ? Atau masih belum basah selaput tenggorokan anda akan nikmatnya hidangan pembuka. Ah, andai saja Ramadhan hadir di setiap bulan yang ada di kolom - kolom kalender Masehi, mungkin tidak ada istilah macet mudik, orang akan berpikir dua kali untuk mudik setiap menjelang Idul Fitri.

Mimbar itu kosong dihadapanku. Tidak ada penceramah dengan janggutnya yang menjulai, berayun - ayun diambang semangatnya mengatakan : Allahhu Akbar !. Penceramah itu pakai sorban agak kedodoran, tapi jiwanya tidak pernah merasa kendor untuk menegakkan ibadah di malam - malam saum ini. Atau penceramah yang satunya, agak lembek, tapi kalo bicara soal fiqih terlampau dahsyat. Bagiku dialah 'master' fiqih, karena dibandingkan ustat - ustat lain, hanya dia yang getol bicara masalah fiqih. Humor dan wibawanya menyembur keluar ketika ia mengupas kajian dalam pagelaran pengajian tiap malam minggu milik remaja masjid. Itu hanya akan ada lagi jika aku lantang meneriakkan kata : pulang!

Lagi - lagi, di lebaran 1430 H ini tidak ada agenda cium tangan ibu. Tidak ada adegan melihat pembantu di rumah yang sedang bikin ketupat dan memasak opor. Bahkan tidak ada lagi tawaran sebagai pengatur anak - anak yang demen berkeliaran di depan shaf - shaf jemaah shalat id sembari sedikit menundukkan badan, agar uang infak dapat masuk dengan mulus ke dalam kresek hitam yang mereka bawa.

Ah, merantau bikin kepayang aku disini. Bak terkungkum oleh himpitan dana. Sudah berkali - kali aku mencoba beberapa peruntungan dengan mengekor sebagai perserta di beberapa blog kontes. Berharap banyak agar setidaknya hadiah kedua sudi mampir ke pangkuan, walaupun sesaat, nanti juga toh akan berpindah tangan dan bermetamorfosa menjadi lembaran - lembaran rupiah. Tapi begitulah, rezeki sedang berkelit berlabuh di tangan orang. Namun, apakah ada kesempatan untuk kali ini ?.

Ramadhan datang dan pergi begitu saja. Datang ketika aku sendiri, dan pergi ketika aku sedang tidak ingin sendiri, walau hakikatnya aku hanya terus - terusan berputar dibalik bisunya kesendirian. Ah, mari kita teguk manisnya kopi pekat nan pahit yang disugguhkan oleh rasa kesendirian. Mari kita gigit getirnya nasi sahur, bersama dengan hembusan angin malam yang menerobos masuk di sekat - sekat jendela.

Mari kita shalat terawih berjamaah dengan sang makmum yang tak lain hanya berkas bayangan tubuh sendiri.

Tidak. Jangan salahkan bulan yang isinya orang lapar dan berdahaga ini. Justru disinilah aku bisa mencurahkan segala problematika, termasuk ketidak-berdayaanku melintasi kesendirian ini. Tiap malam, duduk bersama hening di atas sajadah cokelat, lantas berkeluh kesah, kapan aku bisa temukan ujung dari kebuntuan hidup. Dimana lagi aku bisa berpacaran dengan Tuhan-ku, jika aku tidak menikmati gerakan demi gerakan dalam tiap ibadah yang aku kerjakan.

Ramadhan tinggal sebentar lagi. Namun aku belum siap ditinggal pergi. Masih banyak yang harus aku ceritakan, masih banyak yang harus aku selesaikan dalam tahajjud nanti.

Biarlah aku tidak pulang, tak mengapa. Seperti waktu itu, suka atau tidak, imsyak pasti akan datang. Jarum jam akan terus berdansa, dan ia akan lewat dari menit - menit imsyak. Dan hari itu jelas datang, pantang bagi seorang muslim melewatkan sekoyong - koyong air di tenggorokannya.

Dan pasti, Ramadhan akan berlalu detik demi detik, mendekati limit akhir, ketika takbiran dan pukul bedug mulai bertautan. Dan lebaran ini pasti dan harus terlewati dengan sebatang kara. Dan begitu lepas dari amukan itu, lebaran depan telah melambaikan tangan sembari bertanya : 'Pulangkah engkau denganku esok, wahai perantau ?'.

Ratapan itu dimulai hari ini.

**
Ending.

Setelah melirik sebuah kontes blog (lagi), kenapa tidak aku mencoba beradu nasib (lagi), kalau - kalau ada kesempatan, terlebih jika mampu memberi solusi untuk permasalahan 'pulang'.

Sebuah layanan hosting sedang bikin hajatan. Namanya Lomba Blog dijaminmurah.com 2009. Jujur, aku belum pernah pake hosting - hostingan, tapi kalau melihat tarifnya, ini tergolong cukup terjangkau dibandingkan perhostingan dan perdomainan yang lain. Tertarik ikut lombanya ? ato mau pake jasanya ? langsung saja, klik disini-dijaminmurah.com.
Berikut adalah beberapa layanan yang diberikan dijaminmurah.com :
paket freedom
paket blogger
paket server US
paket standard

44 komentar:

  1. Salam kenal dengan sang perantau...semoga bulan yg penuh berkah,rahmat dan maghfirah ini selalu terlimpah untuk kita ..amin.

    BalasHapus
  2. merantau memang harus sabaaarrrr....

    BalasHapus
  3. emmm.....ikut lomba yang bertemakan ramadhan ya. bagus artikelnya, tapi itu kayaknya kisah nyata juga deh hehehe...iya ndak? :D ya moga kita di pertemukan lagi dengan ramadhan berikutnya

    Iklan Gratis

    BalasHapus
  4. weh mangap bang postingannya, jadi minder nie ma abang

    BalasHapus
  5. wah ini susahnya berada di perantauan, mau mudik harus persiapan jauh-jauh hari terutama soal dana.
    mudik ga mudik semangat jalan terus

    BalasHapus
  6. SeMangat Sob, terus berusaha,, moga menang kontes sob and bisa mudik. Amin

    BalasHapus
  7. Wow .... Remuk Redam.
    Judul yang mengundang empati bro....
    Ternyata ada paket2 menggoda isinya.

    nice posting

    BalasHapus
  8. PeraNtau yaNg peNuh peNgorbanan....

    slM hangat stlah abseN dari Dunia Ini....

    BalasHapus
  9. Ini sedihnya karena nggak bisa mudik atau karena puasanya mau berakhir....?
    Kalau nggak pulang nanti bisa ngumpul bareng saya sama 7 anak saya

    BalasHapus
  10. Hello mas met kenal juga yah....
    Semoga lebaran kali ini Anda dapat kejutan, sehingga bisa mudik, pulang menikmati hangatnya kekeluargaan....amien!

    BalasHapus
  11. Sama-sama perantau, kesabaran selali dibutuhkan, Semangat!

    BalasHapus
  12. wew, rangkaian kata yang menakjubkan. meliuk dan berkelit menari di ranah ramadhan. seperti alunan pasir yang berterbangan di pantai, berseliweran, namun disitulah letak keindahannya.
    salam kenal ya. tukeran link sekalian yuk. dah aq pasang tuh,

    BalasHapus
  13. wah, perantau emang mesti sabar ya.....

    BalasHapus
  14. Terus semangat ya ikutan kontesnya. Aku juga sering ikutan, walau lebih sering gagalnya. :D

    Tapi gak ada salahnya lho, ikutan kontes, toh itu jadi motivasi buat menulis di blog kita. Betul? :)

    BalasHapus
  15. Sama mas..

    Saya jugta tidak ada lagi agenda cium tangan ayah dan ibu karena meeka berdua telah tiada.. :)

    BalasHapus
  16. met puasa sob ... lam kenal ....

    http://www.brekele-bisikanhati.blogspot.com

    BalasHapus
  17. memang mudik dan silaturahmi itu tidak bisa dipisahkan, terlebih ke orang tua. tapi kalo memang ada sesuatu dan lain hal yang menyebabkan gak bisa mudik, ya kita bisa apa...

    silaturahmi bisa kapan saja...

    *masih bimbang mudik dan tidak*

    BalasHapus
  18. sama bos diriku harus keluar kocek banyak kalo mau pulang lebaran ke anak istri

    BalasHapus
  19. sesama perantau...salam kenal kawan...
    memang...ramadhan jauh dari orang-orang tercinta justru menghadirkan kesan yang mendalam...
    ramadhan yang melankolis...

    BalasHapus
  20. saya juga pernah mengalami hal itu...

    BalasHapus
  21. Saya perantau yang sudah 2 lebaran tidak pulang. Masih setahun lebih mending daripada bang Toyib. Walaupun tahun lalu pulang bukan saat Lebaran, tapi rasanya memang beda.
    Hiks...
    Jadi kangen Lampung.

    BalasHapus
  22. hmmm klo aq mah deket kampung na ma kota jd gak susah sich klo mo mudik!!! tp gmn ak klo aq merantau jg ke kota laen wah...mudik bakalan susah tu!!!

    BalasHapus
  23. Sabar.... hehehe.. Insyaallah dapet sesuatu yang menarik dan bermakna juga ditempat perantauan...

    BalasHapus
  24. sabar ya sis.Pasti suatu saat ada masa yang di nanti-nantikan datang.

    BalasHapus
  25. Huhuhu, merantau itu emang gak enak, ya..apalagi kalo gak tinggal ama ortu, hehehe...
    Cuma bisa mandiri...
    Hmmm, sabar aja yah, suatu saat pasti bisa lebaran bersama...
    Oh..ya, semoga menang ikut kontesnya :)

    BalasHapus
  26. anak perantau saat diliputi kerinduan untuk segera pulang memang menjadi perasaan yang tidak mengenakkan.

    BalasHapus
  27. udaaaaaahh ikutan ajja kang.. biar mangstabs :)

    BalasHapus
  28. semangat ayo gan kenapa harus gitu...ingatlah nikmat-Nya...masa depan lebih pasti dari pada hanya soal mudik gak mudik sekali 2 kali.....masak harus sengsar 1 tahun bahagia 1 minggu karena mudik...hehehe.....ingat bahwa hari esokmu leih pasti dari pada mereka yang tak pernah menelaah secuil nikmatnya pendidikan ...pengorbananmu sungguh sangat tak ada artinya....Bahagia sekarang kawan jangan kau tunggu pulang nanti(mudik)....sebenarnya lebih menghibur diri...Kita memang senasib Fan tapi gak sepenanggungan....hwaawawawa.......SEMANgaDDDDD....

    BalasHapus
  29. Yang penting hati dan doa kita bisa bersama.. akan bisa lebih mendekatkan daripada sekedar mudik.
    Selamat berpuasa kawan...

    BalasHapus
  30. sabar aja sobat, salam kenal

    BalasHapus
  31. Mampir dulu ah, xixiixix...
    Belum tidur..??
    Atw, jadi mudik nih ke Jogja..?? :D

    BalasHapus
  32. mudik saat lebaran merupakan kenikmatan sendoro yang tiada duanya...

    BalasHapus
  33. Yg kuat yaaa... Pasti banyak pelajaran yg bisa diambil dari merantau... Semangat!! :)

    BalasHapus
  34. Untung saya bisa pulang tahun ini..
    hehehe, maklum saya hanya seorang mahasiswa
    ga ada tuntutan pekerjaan yang harus di handle

    BalasHapus
  35. Kayaknya si mas ini bener2 homesick yah
    postingan yang kemaren2 juga tentang kampung halaman ^^

    BalasHapus
  36. link dah aku pasang bos thank's.. yaaa

    BalasHapus
  37. sabar,,,

    insyaAllah pasti ada hikmah dan manfaatnya walau masih di jogja

    SMANGAT!!

    BalasHapus