Tampilkan postingan dengan label Sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sajak. Tampilkan semua postingan

/ 2018-06-20

LIBUR TELAH USAI

Libur telah usai
Lebaran telah berlalu
Ngantor pun dimulai
Pikiran kembali kelu

Ingin nambah libur
Pasti dimarah walikota
Daripada tunjangan dicukur
Bolehlah kita lapang dada

Terima kasih pada Ramadhan
Tahun ini ada sedikit peningkatan
Blog yang dulu aku tinggalkan
Kini hidup mau mati tak segan

Saya sebenarnya tidak punya rencana
Bercerita ngelantur melalui pantun
Apalah daya pikiran berkuasa
Begitu mengetik, rima yang tersusun

Ya sudah bapak ibu dan saudara
Saya sudahi saja prosa mini ini
Khawatir akan lari kemana mana
Pun malam larut menjelang pagi

Mataram, 17 Juni 2018

Mari kita menuju channel bola

/ 2012-12-27

[SAJAK] KAPAN PULANG

Kapal Nelayan Berlayar Di Laut
Pantai Tanjung Karang, Mataram - LOMBOK [November 2012]

Kapan pulang
kepangkuan
berikut gelisah
telah tumpah; semalam
ketika tapak pertama
diikat hujan

sebelum cerah
pun sebelum menyerah
di bilik dada sebelum lekas me-merah 


Mataram, 9 Desember 2012 

/ 2012-12-02

HUJAN DAN SAJAK

dan serdadu hujan turun di pelupuk subuh
menggetarkan hati yang tadi rapuh
menjadi luluh

dan hujan mulai memburu
melumat rindu
dengan sembilu


Mataram, 29 Nov 2012

Siapa yang tidak suka hujan?
Semua orang dapat menjadi pujangga dadakan karena hujan. Ada yang bercerita tentang kerinduan yang justru berapi - api, ada pula yang justru semakin terpuruk dalam derita. Tidak sedikit pula yang bercerita tentang kencan yang tertunda akibat derasnya hujan di malam minggu.

Saya pun tidak tahu, senyawa apa yang menjadikan hujan lekat dengan aliran ide yang bermuara kepada lahirnya sebuah sajak. Apa karena suasananya yang syahdu?

Bagi saya, yang paling pas adalah ketika hujan separuh deras turun di malam hari (ya sekitar setelah shalat Isya'), sedikit ada petir, mati lampu, di samping ada gitar, ada rokok, ada teh panas manis, ada lilin, ada kertas, ada ballpoint.

Mungkin beberapa sajak bisa jadi dalam waktu satu jam.

Jreeeennngg !
Hujan di malam minggu (tek tek dung!)
aku tak datang padamu (treeeett teeett teettt teeett!)
Bukaaaaan, aku tak mau, sayang!
Hujan di malam minggu..u.. (tek tek dung!)

/ 2012-11-22

SAJAK : RINDU DERAS

rindu deras

(I)
bersama
lancipnya hujan menukik di selasar
rindu turun deras
dan aku harus mencintaimu

(II)
di luar sana angin sudah tidak ramah
menggoyangkan hati yang semula kokoh menjadi rapuh
dan hujan berdentum - dentum menghantam dinding jiwa

rindu terkoyak menjadi remah
sudah terelanjur leleh terhempas; lantas luluh
malam menebalkan bayangmu pada secarik nafas, adinda

(III)
aku sudah membendung rindu
ini terlalu lama bahkan ketika
awan mendung terasa begitu
pekat hinggap di tepian
kamar lantas berbisik maukah
aku hadirkan hujan untuk
menemani rindumu yang tengah
kesepian?

(IV)
sudah sewindu
aku dihujani rindu
dan rintik - rintik bayangmu
oh
bukankah rindu ini menyenangkan
membayangkan dirimu dalam dekapan
dan keluh kesahmu pada senyuman

ataukah hanya aku
terlanjur larut pada rindu
tiada kunjung usai

pada bulir - bulir hujan ku sematkan rindu ini

Mataram, 21 November 2012.
Selepas pulang kantor.


Puisi ini diikutsertakan dalam Giveaway Semua Tentang Puisi

/ 2012-06-09

SENJA DI PUCUK GUNUNG AGUNG


Sedikit bait untuk menemani kawan di sabtu malam yang tengah dilarung badai rindu. Anda mungkin?


SENJA DI PUCUK GUNUNG AGUNG

Senja di pucuk gunung Agung
Menjadi kawan di punggung ombak
Menemaniku bersama bingung
Kalut dalam rindu tiada terelak
Senja di pucuk gunung Agung
mengajakku tuk pulang kembali
pada wajah yang slalu mendengung
di setiap diding hati ini

Senja di pucuk gunung Agung
jadi tanda badai usai berlalu
'kan ku laju bidukku mengapung
tuk berlabuh di dermaga hatimu
Senja di pucuk gunung Agung
guratan sinarnya bikin terang
pada rasa yang kian menggunung
akan ku curah padamu sayang

Senja di pucuk gunung Agung
membawa pikiran ke cakrawala
angan ini terbang membumbung
ke rumahmu ia jauh berkenala
Senja di pucuk gunung Agung
menorehkan titik titik jingga
tumpahkan rindu yang terkurung
pada simpul senyumu oh dinda

...
Senja di pucuk gunung Agung
pertanda jingga 'kan jadi kelam
hati ini kembali terpasung
terperangkap pilu lolongan malam


Mataram, 6 Juni 2012
Ba'da Asar menjelang senja.


TAG: SAJAK, SAJAK RINDU, RINDU, KANGEN, PUISI, PUISI TENTANG RINDU, PUISI RINDU

/ 2011-02-07

HUJAN DI SENJA SELASA

hujan di senja selasa
membasahi rindu yang belum rampung
kabut turun di tepian jiwa
membekap hati seakan terkurung

lebat betul hujan senja itu
menggelegarkan kilat menyambar pilu
di pelupuk galau di tengah rindu
hujan membikin hati kian beku

masih lebat hujan di senja selasa
mengoyakkan rindu menjadi puing
hujan bertaut memercikkan bara
membakar puing menjadi hening

hujan turun di ujung senja
kian lebat kian gemericik
melarutkan pedih dalam asa
aku terpaku dalam pelik

Yogyakarta, 7 Februari 2011
di senja senin bersama hujan.

/ 2010-11-09

SKETSA REMBULAN DI BALIK MERAPI

untuk mereka

masih ku kenang kala itu
ketika kita duduk di balik pohon pinus
memandang teguh purnama
di balik merapi
yang diam diam mengintip kita
bercumbu

ah!
kecupan itu masih ada
jangan sampai engkau lupa
kau cumbui aku, hangat
seraya kau lukis sketsa rembulan
pada angan - angan
pada balik merapi

tapi
mana tahu aku kini
masih adakah sketsa milikmu itu
ataukah sudah termakan api
atau terlalap pijar
bahkan
masih adakah
rembulan itu di balik merapi?

Yogyakarta, 3 November 2010.

/ 2010-09-20

NGAMPUS LAGI !

Selamat datang (kembali) ke kampus saya.
Sudah hampir dua bulan, dan ini yang terlama, saya tidak menginjakkan kaki di sini.
Sudah banyak yang berubah.
Ruangan lebih bersih.
Lebih berwarna.
Dan yang paling nyeleneh adalah menempelnya keramik di tembok.

Saya angkatan 2007.
Dan saya sudah berjumpa dengan wajah - wajah asing anak - anak 2010.
Wajah - wajah dengan mahkota plontos mereka.
Atau kulit yang nampak masih gosong akibat diterpa matahari selama OSPEK tempo hari.

Saya angkatan 2007.
Dan nampaknya, 2007 adalah sebuah ungkapan halus untuk seseorang yang sudah uzur berada di kampus untuk waktu ini.
Saya pernah berpikir bahwa beberapa tahun silam, 2004 adalah ungkapan yang sama.
Namun, saat ini, saya dan kawan - kawan saya adalah dedengkot kampus.
Sudah letih kami mengecap asam manis suara - suara dosen.
Dan sudah habis air mata untuk meratapi nilai terburuk yang menyerupai bentuk sisir itu.

Saya angkatan 2007.
Saya tinggal melihat dua lajur di sebelah bawah ini.

Dimana selepas lajur itu, tentu akan bermunculan lajur - lajur pahit yang lain.

/ 2010-06-09

MEMOAR

Bingkisan itu tersangkut di beranda rumahmu.
Tempat kita pernah bertemu dulu.
Kita membawa secercah wajah yang tersipu.
Kala itu
.

Namun ketika senja menjelang.
Kau datang dan entah menghilang.
Sejenak kemudian malam datang.
Aku merengkuk, pilu, dan meradang.

Ku harap kau tak ingat lagi namaku.
Tak perlu lagi kau ingat sajak itu.
Tapi mengapa kini kita bertemu.
Di saat kita tidak bisa lagi menyatu.

Bukannya aku ingin merindumu lagi.
Dan aku kini sudah ada yang memiliki.
Begitu pula dengan dirimu kini.
Biarlah kisah itu mengalun dalam melodi.
Cinta yang lama hadir kembali.
Kan ku simpan memoar ini.
Hanya dalam mimpi.


Yogyakarta, 8 Juni 2010

NB: hanya sajak, tidak lebih

/ 2010-06-04

KEPADA KAWAN YANG MALAM INI AKAN BERDUA

aku menunggumu dibalik remang – remang cuaca
bermandikan senyum dan pikiran berkelana
: memelukmu dan menciumi asmara masih muda
menciptakan memoar di hening senja

aku menunggu di beranda rumahmu
tempat pertama aku hanyut terpaku
wajahmu memandangku lembut kala itu
pada tatapan itu ku tabur benih rindu

malam ini kita akan berdua
mendayung kata mengukir cerita
di bawah temaram biru purnama
terimalah cintaku yang sederhana

yogyakarta, 3 juni 2010

update : ternyata cintanya tidak berlari entah kemana :)

/ 2010-05-24

PRIA BERBINGKAI KACA

Pria berbingkai kaca
duduk di tepi jendela
menatap awan berkelana
berbisik pada sang surya

....

rindunya kini sedang meradang
pujaannya di tanah seberang
bilamana dapat beranjak pulang
hatinya riang tiada kepalang

pria berbingkai kaca
mengitari kedua bola mata
menunggu waktu tiba
kembali ke rumah tercinta

*saya harus senang ato sedih : SAYA SUDAH PAKE KACAMATA

/ 2010-05-12

SERDADU HUJAN

-kepada kawan yang malu - malu

Bagaikan serdadu hujan
bersarang di bulir - bulir temaram
menunggu sepatah jawaban
pada pagi di pucuk malam

Bagaikan serdadu hujan
bertemu sore akan terbenam
tak jemu menunggu jawaban
dari bibirmu mengatup terdiam

Bagaikan serdadu hujan
memetik dawai kerinduan
ingin kau ku dekapkan
satu harmoni satu getaran


Bagaikan serdadu hujan
dan sayup balada cinta
aku dalam sebuah harapan
terima cintaku yang sederhana

Bagaikan serdadu hujan
berlabuh di pucuk dedaunan

(versi gaul)
Bagaikan serdadu hujan
berlabuh di pucuk dedaunan
walaupun kita belom jadian
yuk, malam ini kita jalan.


YOGYAKARTA, 12 Mei 2010
______________________________

Kepada kawan saya yang malu - malu mengutarakan rasa pada seorang gadis.

Bagaikan serdadu hujan
berlabuh di pucuk dedaunan
kapan kau jadian kawan ?
supaya kita bisa makan - makan.


Ha-Ha-Ha.

/ 2010-05-02

SELAMAT PAGI PENDIDIKAN INDONESIA

Mengucapkan selamat pagi kepada guru - guru saya yang lama.

Bangkitkan lagi Ki Hajar Dewantara
Tataplah sistem pendidikan kali ini
Apakah ia akan tersenyum bangga ?
Atau justru datang membawa golok ke hadapan menteri pendidikan ?

Ki Hajar Dewantara tidak bermaksud membangun sekolah - sekolah yang menghasilkan gerombolan koruptor. Ki Hajar Dewantara juga tidak bermaksud membangun sekolah - sekolah yang menjebolkan segelintir para penipu. Ki Hajar Dewantara juga tidak bermaksud membangun sekolah - sekolah untuk mengumpulkan artis - artis porno amatir dengan file - file 3gp-nya.

Kurang ajar.

Asu!

Yogyakarta, 1 Mei 2010.
Sebuah sajak. Betapa dongkolnya saya pada kebobrokan ini.

/ 2010-04-29

DIPUCUK SURAT RINDU

- Aku membenahi serpihan wajah malam nanti

Aku yang terlanjur tertatih disini
hanya menatap mentari yang berderak dipucuk rindu
sinarnya menggiring mendung untuk jatuh
di atas atap pohon mahoni, mulai keriput
jangan mulai turun hujan!
Jangan turun tanpa diriku

Aku yang terlanjur kering disini
hanya menatap pada sungai yang berisik di dalamnya
dan bilamana bebatu itu turut bercakap
seakan mencibir raut wajah ini
aku tak mau didera
aku tak mau derita!

Aku hanya sebatang rumput yang tegak disini
dijejal rasa bersalahku pada sebatang kumbang
maaf, aku rumput tiada akan berbunga
tapi aku tidak serupa dengan ranting yang rapuh itu
aku akan kuat
aku akan bergoyang

*

Aku adalah seekor kumbang cokelat tua
duduk di ujung batu runcing di bawah butir hujan
lama aku tatap jam tangan itu rekat
ini sudah tiga hari dua malam
tapi bunga itu belum berhenti menguncup
kapan ia akan mengembang?
Aku cuma mau bunga itu
meski yang lain terus menggoda
meski harus ada lima ratus malam lagi

*

Yogyakarta
dibawah siang yang sejuk
dihadapan radio dengan lagu – lagu cinta
“ini adalah lagu cintaku, padamu”
ini adalah sebaris rindu dimana tak terobati
ini adalah Yogyakarta
tidak ada ruang untuk rinduku kali ini



Yogyakarta, 18 Maret 2010.

/ 2010-04-25

RINDU DI PUCUK SAJAK

(I)
... Aku turut di atas kereta
melaju. Di sepanjang ilalang bergoyang
rindu. Pada pucuk hari itu
senja. Kereta tak berpintu melenggang ke timur
ke rumahku.


(II)
Masih lekat kala itu
wajahmu kudekap sayu
di pucuk dermaga aku berbisik
"aku benci perahu itu"

sudah letih ku menambang rindu
ingin ku jual ini kepadamu
sekarung ayaman sepi di tanah rantau
boleh ku tukar dengan senyum bibir tipismu?

besok aku merapat
satu sore pada pukul empat
datanglah, jangan terlambat
di dermaga itu, memoar cinta yang tiada akan berkarat
akan ku dekap engkau lekat - lekat.


YOGYAKARTA, 24 APRIL 2010
di bawah naungan hujan di sabtu malam. di balut petikan dawai gitar kerompong.

/ 2010-04-15

PRIA TANPA NAMA

-untuk yang terkenang

Pria tanpa nama
duduk dibalik jendela
sekilas senyum miliknya
hanya menunduk pada masa

Seorang pria muda
setia menanti di lorong jendela
entah siapa yang akan menyapa
atau angin duduk dan berbicara

pria muda tanpa nama
mungkin hanya jadi cerita
yang dulu kerap ku jumpa
pagi ini telah tiada

Yogyakarta, 14 April 2010
______________________________________________
Sebuah dedikasi saya kepada seorang staff TU Jurusan Teknik Mesin Industri. Seorang pria gemuk yang memandang kosong dalam kelesuan. Namun, semangatnya tinggi untuk terus duduk dan menanti apa yang bisa dikerjakan.

Bapak itu cukup sering aku temui. Urusan cap pengesahan untuk beasiswa, pinjam meminjam alat - alat teknis kampus (seperti mikropon dan viewer), hingga mau menunggu kami yang terlampau lama mengerjakan tugas di kelas, karena salah satu tugas beliau adalah mengunci kelas jika sudah lewat dari masa penggunaan (sore hari). Beliau cukup mengenang bagi saya karena karena beliau juga, sebagai petugas cap, memberikan andil lancarnya jalan saya untuk mendapatkan beasiswa. Beberapa hal yang dapat saya petik dari beliau adalah beliau tidak terlalu banyak bicara dan tidak pernah berbelit - belit dalam suatu urusan.

Beliau belum lama ini meninggal. Namun, hingga hari ini saya masih belum mengetahui siapa nama kecilnya.

Salam hangat pak !. Saya rindu diambilkan mic dari lemari itu (lagi).

/ 2010-04-02

DUA HARI

Dua hari
Dua malam
tidak ada lampu kamar terdependar
hanya kemilau sisi tipis jendala
ciptakan temaram di pojok utara

Dua hari
aku merengkuh untuk bergulat
melawan bisingnya malam yang hening ini
melawan silaunya gemintang yang hanya berpijar
oh



Dua malam
aku sudah mandi belatung
aku juga berkalang lelumut
walau belum berbalut kafan
tapi itu

Dua hari
Dua malam
yang lalu

Yogyakarta, 30 Maret 2010

___________________________________________

Maaf, seminggu ini saya terinjeksi oleh suatu penyakit.

img src="http://images.paraorkut.com/img/pics/images/d/doctors_stethoscope-13168.jpg"

/ 2010-03-27

DIPUCUK SAJAK RINDU

Entah mengapa
rokok itu tidak dapat mengganti wajahmu
tidak juga
membikin rindu ini jadi abu

rindu ini bagai serdadu
tidak mau mati tidak mau tau
rindu ini bagai peluru
terus melaju hingga menuju


dipucuk sajak rindu
dipucuk waktu ingin bertemu
rindu ini duduk termangu
menanti mentari terbelah sembilu


Yogyakarta, 27 Maret 2010
Di kampus JTMI UGM



img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiL6qvRWU1ZJk_GfeZh7KNo7pSuuk1W8227GdvC3ytUwK_8mzKXmjV-iFE65LSK25DpXDzxo-ZM_62Mety64OqOJzm56utFenTVAqIsEYIt7X0pOW9SiO0RD-SQZzoUrAsAThWR58t398/s400/rindu.jpg"

/ 2010-03-04

SAJAK

Sudah lama aku tidak menyentuh rangkaian kata.

Sudah lama sekali aku tidak menerbitkan sajak.
Padahal hampir tiap pekan aku selalu menyemat hiperbola.
Tapi itu hanya tertuang dijepit sampul tebal buku catatan bergaris itu.
Terlalu pendek untuk menyentuh footer blog ini.
Terlalu usang untuk menyatakannya adalah real-time.

Seingatku, tagline dari "secangkir teh dan sekerat roti" itu.
Juga merupakan sebuah bait.
Dari sajak yang belum usai.

Aku iri pada sahabat lama.
Seorang yang aku yakini ia dulunya seorang tutorialer.
Tapi sekarang banting jalur.
Malah melesat jauh di langit - langit.
Mengambang di atas sajaknya yang bernyanyi.
Maaf sobat, aku harus berguru padamu.


Saya siap kembali.

Saya sudah siap kembali
meratap dan meraung
tanpa suara biar ada tetap saja
telinga bisu semua.

Saya sudah siap kembali
duduk di siang bolongnya malam nanti
biar terbakar embun
biar sepi dan sendiri

Saya sudah siap kembali
Saya tahu sejak kemarin
datang kesini adalah semu
pergi kembali adalah luka

Saya siap kembali
di ujung petang ini!

Mataram, 7 Agustus 2009

/ 2010-02-06

PERPISAHAN

(1)
Aku duduk di bangku reuni
dekat jendela
dekat cakrawala
meneguk semangkuk kecup
menegak sebatang kisah lama
mengapa engkau lekas melabuh
di saat akhir suatu jumpa?

(2)
Remang - remang di geladak kapal
aku hanya tahu kau melambai
di dermaga hati

(3)
Aku tidak tahu
biduk mana yang akan hanyut
dimana aku turut
kapan akan masuk kabut

aku juga tidak tahu
bilamana aku duduk bersila
tanpa menyeka mata
saling berebut tawa

(4)
Angin bikin rambutku terurai
aku bikin tawa itu sejenak tak berderai
aku tahu, badai ini belum usai

(5)
Apakah yang salah dari sebuah perpisahan?
bukankan itu adalah jumpa yang tertunda?
atau hanya pembikin rindu yang membara semata

tiada risau
tiada galau
Tunggu aku berlabuh kembali

____________________________________________
Kapal terbang itu akan membumbung menembus angkasa sore ini. Menukik tajam membelah tangis di dermaga kota Mataram. Kota Mataram sudah membiusku sejak tiga minggu yang lalu. Aku harap, biusan itu tetap akan membaur untuk dua puluh delapan pekan kedepan.

Aku akan menyusuri kota mimpi diseberang sana. Kota mimpi, bukanlah berisi orang - orang yang bermimpi tinggi. Melainkan kota yang hanya aku anggap sebuah bunga tidur semata.

Aku sedang on the way in LOMBOK - JOGJA.