Aku mengasah parang untuk ku tancapkan pada dada sendiri.
Yap. Aku susah payah, telpon sana sini, mondar mandir, demi satu hal yang paling ku benci, kembali ke tanah Jogja. Lelah - lelah hanya untuk bikin rindu dalam dada. Letih hanya bikin lidah kelu tanpa kata. Duit mengucur dan memori terkubur. Tidak ada wajahnya yang mekar ketika tawa berderai. Tidak ada tatapan matanya setajam duri mawar ketika ia merasa tidak enak lagi. Semua akan berangsur bisu, disudut leptop, dibalik daun - daun, dibalik kabut yang memecah jarak Jogja - Mataram.
Dulu, ketika aku mulai mengepak barang - barang, seyum itu masih tergambar jelas. Membayangkan berpijak pada tanah kelahiran, memandang deratan pegunungan di utara dan sedikit bukit - bukit di arah selatan. Besok, beberapa hari lagi, yang akan ku pandang adalah sepucuk gunung di utara rumah yang membuat aku jengkel, Merapi.
Beruntunglah aku ketika melihat beberapa rekan sekampus yang hanya pulang pada waktu lebaran. Liburannya pendek, rame, macet. Kalo sekarang, biasa aja, dan lebih panjaang!.
Namun betapa berdegupnya jantung ini ketika menatapi beberapa rekan yang berpakaian lengkap ala traveler penunggang roda dua. Sambil menghadap kebelakang ia bicara padaku, mungkin lusa mungkin tiga hari saya kembali dari rumah. Begitu entengnya ia menyembut kata "rumah". Dan aku, betapa beratnya menguyah kata "rumah" yang jauhnya 700 kilometer itu.
Sembilu ini benar - benar tajam..
Mengkilat dan benar!, ia telah siap menghujam..
Tapi nanti, ketika badai datang..
Dada ini akan bermadikan..
Sembilu...
img src="http://www.holidayextras.co.uk/images/news/plane-runway-take-off.jpg"
Yap. Aku susah payah, telpon sana sini, mondar mandir, demi satu hal yang paling ku benci, kembali ke tanah Jogja. Lelah - lelah hanya untuk bikin rindu dalam dada. Letih hanya bikin lidah kelu tanpa kata. Duit mengucur dan memori terkubur. Tidak ada wajahnya yang mekar ketika tawa berderai. Tidak ada tatapan matanya setajam duri mawar ketika ia merasa tidak enak lagi. Semua akan berangsur bisu, disudut leptop, dibalik daun - daun, dibalik kabut yang memecah jarak Jogja - Mataram.
Dulu, ketika aku mulai mengepak barang - barang, seyum itu masih tergambar jelas. Membayangkan berpijak pada tanah kelahiran, memandang deratan pegunungan di utara dan sedikit bukit - bukit di arah selatan. Besok, beberapa hari lagi, yang akan ku pandang adalah sepucuk gunung di utara rumah yang membuat aku jengkel, Merapi.
Beruntunglah aku ketika melihat beberapa rekan sekampus yang hanya pulang pada waktu lebaran. Liburannya pendek, rame, macet. Kalo sekarang, biasa aja, dan lebih panjaang!.
Namun betapa berdegupnya jantung ini ketika menatapi beberapa rekan yang berpakaian lengkap ala traveler penunggang roda dua. Sambil menghadap kebelakang ia bicara padaku, mungkin lusa mungkin tiga hari saya kembali dari rumah. Begitu entengnya ia menyembut kata "rumah". Dan aku, betapa beratnya menguyah kata "rumah" yang jauhnya 700 kilometer itu.
Sembilu ini benar - benar tajam..
Mengkilat dan benar!, ia telah siap menghujam..
Tapi nanti, ketika badai datang..
Dada ini akan bermadikan..
Sembilu...
img src="http://www.holidayextras.co.uk/images/news/plane-runway-take-off.jpg"