Protes masalah sepele.
Pulang dari nyebar pamflet magrib tadi, aku dihadang induk-ster (panggilan si kucing tukang kawin yang sedang punya tiga anak sekarang), nongkrong di depan pintu rumah yang biasa aku lewati kalo mau masukin motor. Melotot penuh harap, lalu ku lirik perutnya, 'waduh, kerempeng'.
Ku bopong si induk masuk ke dalam rumah, ku pikir barangkali dia tadi menatap aku karena gak bisa masuk rumah coz pintunya tertutup. Trus, ku cemplungkan ke dalam kardus yang berisikan tiga buah hati induk tadi, tapi sontak dia mencuat keluar seperti mencoba mengelak dari kenyataan kalo dia sudah punya momongan (alah, bahasane kui). Para kucing kecil yang tadinya tidur mendadak bangun, lantas ngeong - ngeong, mungkin sudah keburu mencium aroma dari induknya.
Ku masukan lagi induknya, keluar lagi dia, makin keras suara anak kucing itu. Masukan lagi, keluar lagi, sekarang semua anak mencoba merambat keluar sambil berkokok lebih keras. Asem, piye ki ?.
Induknya sekarang ku baringkan di lantai (dengan pemaksaan, karena aku tau dia paling gak suka kalo di geletak-kan), terus salah satu anak ku keluarkan dan ku sodorkan di antara kedua kakinya. Berhasil, satu anak diem alias mimik, induk juga gak bergolak. Yang dua di dalam-yang masih ribut, ku keluarkan juga. Jadilah tempat susuan baru, lantai rumah.
Ouh, dasar kucing. Kayanya si induk ngambek, tempat nyusuin-nya yang lama sudah kekecilan sepertinya (wong cuma kardus kertas A4). Ia harus berjuang, sampai harus pandai melungker dan melipat tubuh agar muat, dan sekarang dia mutung, pengen tempat yang lebih luas, oalah!.
Jadi inget kasus anak-ster dulu(anak pertama dari induk-ster, sekarang sudah berpindah rumah), membeberkan 'hajat'nya di depan pintu rumah yang sama, ngambul nggak diberi makan semalaman. Hohoho.
Pulang dari nyebar pamflet magrib tadi, aku dihadang induk-ster (panggilan si kucing tukang kawin yang sedang punya tiga anak sekarang), nongkrong di depan pintu rumah yang biasa aku lewati kalo mau masukin motor. Melotot penuh harap, lalu ku lirik perutnya, 'waduh, kerempeng'.
Ku bopong si induk masuk ke dalam rumah, ku pikir barangkali dia tadi menatap aku karena gak bisa masuk rumah coz pintunya tertutup. Trus, ku cemplungkan ke dalam kardus yang berisikan tiga buah hati induk tadi, tapi sontak dia mencuat keluar seperti mencoba mengelak dari kenyataan kalo dia sudah punya momongan (alah, bahasane kui). Para kucing kecil yang tadinya tidur mendadak bangun, lantas ngeong - ngeong, mungkin sudah keburu mencium aroma dari induknya.
Ku masukan lagi induknya, keluar lagi dia, makin keras suara anak kucing itu. Masukan lagi, keluar lagi, sekarang semua anak mencoba merambat keluar sambil berkokok lebih keras. Asem, piye ki ?.
Induknya sekarang ku baringkan di lantai (dengan pemaksaan, karena aku tau dia paling gak suka kalo di geletak-kan), terus salah satu anak ku keluarkan dan ku sodorkan di antara kedua kakinya. Berhasil, satu anak diem alias mimik, induk juga gak bergolak. Yang dua di dalam-yang masih ribut, ku keluarkan juga. Jadilah tempat susuan baru, lantai rumah.
Ouh, dasar kucing. Kayanya si induk ngambek, tempat nyusuin-nya yang lama sudah kekecilan sepertinya (wong cuma kardus kertas A4). Ia harus berjuang, sampai harus pandai melungker dan melipat tubuh agar muat, dan sekarang dia mutung, pengen tempat yang lebih luas, oalah!.
Jadi inget kasus anak-ster dulu(anak pertama dari induk-ster, sekarang sudah berpindah rumah), membeberkan 'hajat'nya di depan pintu rumah yang sama, ngambul nggak diberi makan semalaman. Hohoho.