Rumus baru. Ditemukan oleh pikiran yang putus asa dan yang mengutamakan jalan singkat.
Oalah. Bocah SD sudah bisa jadi tabib ?. Tampaknya ini menjadi pukulan keras untuk instansi yang menggelar kuliah kedokteran maupun farmasi. Tak perlu jauh - jauh datang ke UGM atau Unair, tidak perlu berlama - lama di depan meja praktek dan muka dosen, tidak perlu merogoh saku terlalu dalam. Cukup bawa anak anda ke tengah tanah lapang, sawah misalnya. Tunggu saja, ketika awan bergerombol datang, ketika petir datang menghujam, seketika itu pula anak anda menjadi dewa penyelamat jiwa manusia, menjadi tabib dari segala macam penyakit, dan menjadi ramai rumah anda. Yang penting, buatlah permohonan kepada sang raja petir : "Sambarlah anak saya, dan berikan batu ajaibnya".
Dik Ponari to Mbah Ponari enaknya kita sebut ?. Karena setahuku, dukun itu ya sudah mbah - mbah, sudah banyak mencicipi asam manisnya hidup di dunia.
Entah cerita sambar - menyambar itu benar atau tidak keasliannya. Apakah memang benar dia "tersambar" ?. Atau petir itu hanya numpang lewat di rumahnya. Atau dia dan petir sudah lama bersahabat dekat. Atau dia ada "main" dengan si petir ?. Hanya Allah yang tahu.
Nampak jelas dari raut mukanya bahwa ia sangat polos. Lugu, dan butuh teman bermain. Betapa galau pikirannya, tatkala orang beramai - ramai mengantre di halaman rumahnya. Ia mungkin berpikir, stadion GBK sudah pindah jauh ke Jombang, bak akan melangsungkan pertandingan antara Italia melawan Inggris. Betapa sesaknya orang berebut karcis, seperti orang ribut ketika hari - hari mudik menjelang. Lebih - lebih dari antre sembako. Ia nampak bingung melihat orang - orang dengan beribu harap menyodorkan gelas air minumnya untuk dicelupkan batu sakti dari genggaman jemari bocah ini.
Metro TV tidak mau ketinggalan. Ponari adalah komoditas, begitu mungkin pola pikirnya. Kesempatan ini memang nampaknya menjadi ladang emasnya Metro. Berita Ponari bak ayam rica - rica, suguhan utama dari segudang komposisi berita. Lihat saja apa yang sudah berhasil diliput tim Metro TV. Ponari berkata, "Di Lapindo...Ada Naganya"."Batunya dicemplungkan ke Lapindo, pake ekskavator". Wow. Ponari bisa menanggulangi Lumpur Lapindo. Asik. Bakalan hebohlah dunia Ustadz - Ustadzah kita memikirkan nasib keimanan para sobat - sobat muslim kita. Ponari bisa kaya raya.
Terlepas dari itu semua, mari kita renungkan, benarkah itu adanya ?. Sembuh ?. Lapindo ?. Naga ?. Petir ?. Batu ?. Kok jadi mirip acara televisi deh. Ah !. Rumah produksi yang "itu". Monsters, pisau/tongkat sakti, naga, petir, silat. Semakin banyak orang yang datang berobat, semakin deras pula kritik yang ada, semakin tidak masuk akalah apa yang terjadi.
Dari suatu dialog di Metro TV beberapa waktu yang lalu, aku menangkap, "Pengobatan itu belum teruji secara medis, sehingga masih belum bisa dipercaya kebenarannya. Toh, kalau memang itu menyembuhkan, itu hanyalah sugesti semata ". Sugesti, bukan obat, tapi sugesti. Dimana orang sudah terlanjur fanatik dan percaya, rasa percaya yang kuat itulah yang mendorong ia untuk sembuh. Kebanyakan orang - orang yang datang ke sana adalah hasil gagal servis, tentunya dari rumah sakit. Jadi, semakin kuatlah argumen bahwa Ponari adalah "penyelamat" hidupnya. Makin tebal keyakinan seseorang itu, makin tebal pula sugestinya.
Sekarang, tabib muda ini sudah tidak beroprasi. Tapi, orang - orang masih tetap menunggu. Kapan giliran mereka dipanggil, kapan mereka bertemu dengan dukun kecil ini, kapan minuman mereka tersentuh oleh batu ajaib milik "anak kemarin sore" ini ?.
Mari kita berbelok pada abang - abang kita di pemerintahan. Kapan masyarakat kita belajar menggunakan logika terhadap situasi seperti ini?. Ini sangat bermasalah, karena berpengaruh pada hajat hidup orang banyak. Orang sakit bukannya berobat pada kawan - kawan kita yang berpangkat "dokter", eh justru banting setir ke dukun cilik, tanpa sertifikat, tanpa penelitian, tanpa pelatihan.
Sudah saatnya kita mempertebal keimanan.
Wanna earn money online? Check out my site and start earning serious cash now! http://www.bukisa.com/join/4961 ;)
BalasHapusEarn Pera Online
ngiklan bu...
BalasHapusAq bngung jg dgn kyk gtuan, tp ayahku yg kejawen, bisa nymbuhin org yg kena sakit gula, dan bner2 smbuh, asal jgn ngelanggar pntangan, dan pntangannya itu malah yg d anjurin dokter. dgn cman ndudukin kertas yg ada tulisan apa, aq g tau, ma berjemur matahari d pagi hari, Pamanku bisa smbuh. y mngkn tmn2 "dokter" kita jg mulai meneliti dgn crmat fenomena2 d skitar kita,Tapi yang pnting kita harus tetap berpegang pada Agama.
BalasHapusiya... setuju, kasian dokter... lagian tuh agama malah ditinggalin ntar, percaya ama dukun cilik bukan sama tuhan lagi...
BalasHapuswah...wah... masih terlalu percaya dengan hal2 yang mistis...dibela-belain kejepit-jepit masih aja ngantri
BalasHapusAda pengatur dari segenap pengatur. Percayalah keadaan ini pun telah dirancang oleh Allah. bagusnya kita mencoba sharing melalui blog saya di www.versus-versi.blogspot.com
BalasHapusKhalili Anwar
Saya rasa munculnya fenomena dukun ciliki Ponari ini sangat erat hubungannya dengan kondisi sebagian besar rakyat negeri ini yang masih hidup dalam kemiskin dan kebodohan. Apalagi tidak bisa dipungkiri kalau pengobatan medis sangat mahal, sehingga masyarakt miskin lebih memilih pengobatan alternatif yang lebih murah.
BalasHapus