Yuk berbicara tentang sebuah pembicaraan. Sebuah pembicaraan yang berakibat terjadinya sebauh interaksi, minimal dua orang. Sebuah pembicaraan yang saling timbal balik, yang saling bersahut - sahutan. Sebuah pembicaarn itu ya komunikasi. Jadi, apa itu komunikasi ?.
Secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya 'dengan', atau 'bersama dengan', dan kata umus, sebuah kata bilanagn yang berarti 'satu'. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion yang berarti kebersamaan, pergaulan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukansesuatu kepada seseorang, bercakap - cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan. (Maliki, 2003)
Berangkat dari definisi tersebut, kita akan mencoba menguak secara gamblang, mungkinkah acara berkomunikasi kita bisa jadi hemat ?
Aku ingat beberapa tahun silam. Waktu itu ibuku masih menenteng hape jadulnya ke dalam rumah, Nokia 3315. Seongok barang monokrom, yang cuma bisa berbunyi tut-tit-tut-tit, tanpa kamera, dan tanpa sambungan internet. Kala itu, hape macam gitu sudah bisa bikin si empunya berbangga. Maklum, orang yang punya hape masih bisa dihitung dengan jari. Dan yang lebih parah lagi, walaupun kala itu krisis sedang tidak bergolak, harga hape itu bisa mencapai jutaan. Sayang, nokia hijau itu kini sudah mesti berpindah tanggan. Hape dan kejadulannya tertinggal di sebuah ruang kuliah di Bogor, ketika bapakku membawanya tempo hari. Saat ini, ibuku sudah pake hape baru. Dengan benda itu, ibuku bisa tiap hari mendengarkan koleksi MP3 Pance F. Pondang kesukaan beliau.
Mundur lagi ke belakang. Dimana masa - masa suram masih terjadi, dan aku masih berseragam putih-merah. Aku masih ingat waktu itu, aku "mencuri" kartu telpon milik Bapakku. Itu lho, kartu telpon yang kalau udah kita pakai nelpon terus ada bolong - bolong di atasnya. Dan dari situlah, aku mulai belajar, inilah namanya pulsa. Pulsa harus dibeli dulu, baru dipakai, sambung pikiranku.
Mari mundur lagi, menuju lorong waktu saat aku pertama kali duduk dibangku sekolah dasar. Tiada telpon dikomplek waktu itu. Yang ada hanyalah secarik kertas dengan ucapan "Salam Sayang", "Wassalamualaikum", dan mungkin ada pembubuhan tanda tangan di pojoknya. Itu dia, surat. Surat yang masih disandingkan dengan perangko. Dan pada zaman yang sama, kadang - kadang surat tadi layaknya sebuah memo, singkat, padat, dan jelas. Telegram, begitu kata ibuku.
Halo. Masihkah kita ingat waktu itu ?
Sekarang teknologi telah berubah. Telegram, sudah berkalang tanah. Kartu telepon bolong - bolong sudah hilang akibat semakin banyak lubang yang memakannya. Surat berperangko kini tinggalah kenangan. Dan hape 3315, tak lebih dari sekedar pengganjal pintu atau yang lebih terhormat ialah sebagai penghuni museum.
E-mail mulai menyepak surat berperangko. Menendangnya jauh hingga yang pulang tinggal namanya saja. Kartu telepon lubang - lubang sudah digerus dengan adanya vocher elektrik, no more lubang. SMS berlari bak macan tutul, meninggalkan jauh dunia pertelegraman. Dan hape berkamera, bermusik, dan berwarna, mulai mengusik keberadaan sesepuhnya dulu si monokrom dan monophonic.
Lihatlah, sekarang acara surat menyurat tidak butuh perangko, bahkan ada beberapa provider seperti Yahoo! dan Gmail, menyediakan layanan free email alias gratisan. Lihatlah, bagaimana dengan hanya mengeluarkan 350 perak kita sudah memberikan info singkat setara dengan selembar telegram. Dan sekali lagi, seandainya ibuku dulu sedikit bersabar, maka dengan uang yang sama, ibuku (saat ini) dapat mengantongi hape yang lebih canggih dari pada si 3315.
Masih ingatkah kita dulu sebuah SMS dihargai 350 perak. Masih ingatkah kita telpon semenit mesti bayar 2000 perak ?. Hou-Hou. Sekarang sudah kelaut harga - harga tinggi itu, sekarang jamannya recehan, nelpon setara dengan uang receh. Apalagi STARONE dengan program 'Ngorbit'-nya.
Eit, kayanya kita dari tadi bicara tentang fulus saja. Tarif dan biaya saja.
Siapa bilang hemat itu hanya untuk biaya saja. Tengoklah ke dalam, ada penghematan lain yang telah dilakukan.
Hemat waktu. Lebih cepat mana surat atau e-mail ?. Lebih cepat mana SMS atau telegram ?. Hmm, rasanya aspek waktu juga menjadi pengaruh yang kuat disini. Waktu yang lebih singkat tentu menjadi pilihan, untuk apa kita memilih sesuatu yang lebih lamban tersampaikannya. Ada lagi aspek lain, aspek tempat misalnya. Kita sekarang sudah tidak butuh amplop yang besar, dan kita juga tidak perlu lagi mencari telepon umum untuk sekedar say hello.
Itulah dia, kemajuan teknologi. Sekarang komunikasi menjadi hemat bukan ?
Tapi sebentar, rasanya kita melewatkan sesuatu dari kehematan itu.
Apakah semua itu sudah efektif ?.
Hemat, murah, belum tentu efektif. Mari kita buktikan. E-mail kan gratis, tapi apa bisa dibilang hemat jika kita berinternetan ditengah hutan tanpa sinyal secuil pun ?. Kita nyalakan laptop, dan kita berniat untuk chattingan. Tapi sayang, ada sebuah keterbatasan yang membuat komunikasi itu terhambat. Gratis itu hemat, bukan ?. Tapi apakah sudah efektif jika kita ternyata tidak bisa menggunakan ke-gratisan tersebut ?.
Menelpon (sebagai salah satu bentuk komunikasi yang paling banyak dilakukan) juga butuh keefektifan, walaupun sudah kita bahas tadi : saat ini tarif telpon sudah murah. Hampir sama kondisinya dengan e-mail diatas, bagaimana kita bisa menelpon jika sinyal tidak ada ?. Hemat - sih hemat, tapi tidak efektif.
Ada lagi problem ketidak efektifan yang lain. Menguti dari buku Komunikasi Yang Efektif karangan Pak Maliki dan Ibu Endang Lesatari, salah satu aspek dalam komunikasi efektif adalah kejelasan. Kejelasan disini dapat diartikan kejelasan bahasa, maupun kejelasan cara menyampaikan informasi. Kejelasan ini tentunya sangat erat kaitannya dengan alat dan tentu saja provider yang kita gunakan (khususnya dalam komunikasi verbal, dalam hal ini berbicara/bertelpon). Sinyal yang jelek dapat menggangu jalannya komunikasi. Terputus - putus atau suara yang nge-blur, adalah contoh kendala yang mungkin timbul saat kita menelpon. Jika ini memang terjadi, maka, apakah kehematan tadi akan menjadi efektif. Tentu saja tidak, karena sudah melanggar salah satu aspek penting komunikasi efektif.
Maka, tepat - tepatlah memilih alat komunikasi, karena selain mempertimbangkan aspek kehematan, kita juga harus mempertimbangkan aspek keefektifan. STARONE contohnya. Selain sudah masuk kriteria hemat, ia juga termasuk kriteria efektif. Dengan dukungan jaringan yang luas dan kuat, kendala - kendala di atas nampaknya hanya sekedar wacana belaka. Selain untuk murah untuk menelpon dan SMS, tarif internet STARONE sangat murah. Ini menjadikan STARONE masuk dalam kriteria efektif baru, yakni selain untuk berbicara dan berkirim teks, dengan STARONE kita tidak perlu lagi pergi ke warnet.
Daftar Pustaka
Maliki, Drs. MA. M.Ed dan Endang Lestari G, SH. MM., (2003), Komunikasi Yang Efektif, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara.
Vilanilam, J. V., (2004), More Effective Communication (Manual for Professionals), New Delhi, Response Books.
yap memang harus gitu dunk,kan seiring dengan kemajuan teknologi harga harus turun.tapi kapan yap koneksi internet bisa lebih murah lagi?
BalasHapusBiar hemat pake telepati ato bahasa kalbu aja heheheh.. :P
BalasHapusUnek2nya panjang juga, tapi oke banget koq informasinya. Sukses ya! :)
BalasHapuswew...puanjangnyaaa... :~
BalasHapus*skip
hal yang wajib murah ada empat: 1 sembako. 2. kesehatan 3 transportasi dan 4 komunikasi
BalasHapusSetuju , efisien tapi tidak efektif sama dengan boong ..
BalasHapushuih..
BalasHapuspuanjang banget tulisannya..
eh naga-naganya kok promosiin STARONE..
ternyata ikotan kontes to..
pantes..bau-bau review.
hahaha...
gut lak deh...
Jadi inget waktu sd dulu..
BalasHapusAda sepucuk surat tanpa perangko..
Yg di pojok kanan bawah tertulis..
"yg mencintaimu"
Hayah, ganjen banget mr. Dan ini..
sayang mas, rumahku katrok, jadi star one engga bagus di tempatku
BalasHapushe..he
Teng kiu semua...
BalasHapusmohon doanya....
amiin..
:DKalau bagi gw yang penting puas aja Bos....daripada hemat tapi akhirnya kecewa
BalasHapussetubuh...eh setuju
BalasHapusiya bener,... nostalgila eehh nostalgia,.. neeh jadinya,..btw,..link dah tak pasang di myblogger friend....!!
BalasHapus