Bila Cinta Melekat, Tai Kucing Berasa Cokelat...
Kawanku itu kini sudah banyak berubah. Sekarang dia tampil lebih modis, dengan tatanan rambut yang jabrik dan frame kacamata yang mengkilat. Biasanya sih, awut - awutan, nggak jelas mana yang jadi muka atau jadi tempat tumbuh rambut. Sekarang dia berusaha bertahan agar tidak menjadi tukang ngantuk saat di kelas. Berusaha mengambil duduk di depan, memasang mimik serius pertanda sedang memperhatikan dosen yang mengoceh dengan papan tulis. Kadang - kadang mengacungkan tangan untuk membom-bardir yang presentasi di depan, agar disangka memperhatikan tulisan - tulisan yang beredar pada tampilan PowerPoint itu.
Pasti ada maunya.
O ya jelas. Sekarang hatinya sedang berbunga - bunga. Baru kali ini ia mendapatkan aura kemolekan wajah seorang gadis yang sudah dari dulu sekelas bersamanya. Barangkali semua hal di atas itu dilakukannya agar bisa menarik perhatian si gadis pujaan hatinya tadi. Tapi sayangnya, keimanan gadis tadi tampaknya belum tergoyahkan. Menatap viewer jauh lebih enak ketimbang wajah si caper tadi.
Lain lagi dengan pasangan yang sudah jadi. Kemana - mana, dibawa aja gaetannya. Bahkan duduk dalam belajar pun hanya terpisahkan oleh sela - sela kecil antar kursi yang mereka duduki. Kalau bosan dengan guru yang meracau, mereka justru membuat diskusi sendiri.
Ada lagi kawanku yang lain. Ketika duduk di kelas, ia lebih memilih menyudut di pojokkan, lantas mendengarkan musik sendiri. Orang - orang tidak diperkenankan untuk melirik mukanya, karena wajahnya terbungkus rapi oleh kedua tangannya. Tidak banyak bicara, kalaupun berbicara, tentu itu hal yang sangat penting sekali. Yang pasti, kini tampilannya menjadi amburadul.
Pasti ada apa - apanya.
Sekali lagi, o jelas. Kemarin ia baru saja diputus cinta, entah karena alasan apa. Kini, ia menyandang status baru, mantan kekasih.
Bila Cinta Pergi, Tai Kucing Rasanya Ya Tahi...
Pertamaxx!
BalasHapusJadi pengen bikin film Cinta Dalam Sepotong Tahi.
Salam kenal yah....
BalasHapuscinta ... hihihihihi
BalasHapus